Imam Ath-Thabrani
Kesadaran seseorang terhadap dosa yang telah dilakukannya sepantasnya tidak menghambat dirinya atau membuatnya malu berdoa kepada Allah, karena doa makhluk yang paling jahat (Iblis) pun masih diperkenankan doanya oleh Allah. Ketika itu iblis berkata, Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman, ''(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi penangguhan'' (Qs. Al Hijr [15]: 36-37) '
Doa memiliki urgensi yang besar dalam kehidupan manusia. Ketika manusia menyadari bahwa dirinya lemah dan tak-memiliki apa-apa, maka dia sangat membutuhkan bantuan dari Dzat Yang Maha Kaya dan tempat meminta dari Dzat Yang Maha Mengabulkan. Selain itu, doa adalah inti ibadah, karena orang yang berdoa berarti telah memasrahkan segala permasalahan dan kebutuhannya kepada Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengasihi, sembari berusaha secara optimal mewujudkan keinginannya itu.
Buku ini membahas tentang doa, yang oleh para ulama dianggap sebagai fadha il amal (keutamaan amal), buah karya Imam Ath-Thabarani. Dalam buku ini, beliau melansir sekitar 2.251 riwayat, yang sebagian dari riwayat ini berupa atsar (ucapan sahabat) yang tidak dipermasalahkan, dan sebagian lainnya merupakan khabar (sabda Nabi shalallahu alaihi wa salam), diantaranya ada yang shahih, hasan, dan dha'if. Kendati demikian, menurut madzhab mayoritas ulama, hadits dhaif'z/tentang keutamaan amal itu boleh diamalkan. Atas dasar itulah Imam Ath-Thabarani juga melansir riwayat-riwayat dha'if dalam karyanya ini.