Mendulang Faidah dari kisah Perjanjian Hudaibiyah : Politik islam Siyasah Syar’iyyah

Save 40%
RM75.00 MYR
RM45.00 MYR

Ditulis oleh  ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat

Telah sama-sama kita ketahui bahwa permusuhan di antara keimanan kaum muslimin dan kekufuran serta kesyirikan kaum musyrikin Quraisy telah mulai berkobar tatkala dimulainya dakwah Islam di Mekkah, hingga hijrahnya kaum muslimin ke Madinah dan pecahnya perang Badr yang disusul dengan perang Uhud dan diakhiri dengan perang Ahzab pada tahun kelima hijriyah.
Maka pada tahun keenam Hijriyah, perkembangan yang terjadi di Jazirah Arab semakin menguntungkan pihak kaum muslimin. Sedikit demi sedikit sudah mulai terlihat tanda-tanda kemenangan yang besar dan keberhasilan dakwah Islam. Langkah permulaan sudah mulai dirancang untuk mendapatkan pengakuan terhadap hak-hak kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah di Masjidil Haram, yang selama ini telah dihalangi oleh kaum musyrikin Quraisy kurang lebih enam tahun lamanya.
       Selagi masih berada di Madinah, Rosululloh -Sholallahu Alaihi Wassalam-  bermimpi bahwa beliau bersama para Shahabat memasuki Masjidil Haram dan melaksanakan thawaf dan umrah. Kemudian beliau pun menyampaikan mimpinya itu kepada para Shahabatnya, dan mereka tampak bergembira. Menurut perkiraan mereka, pada tahun itu pula mereka dapat memasuki kota Mekkah, dimana kerinduan mereka kepada kota kelahirannya sudah menggebu. Tidak lama kemudian beliau mengumumkan akan melaksanakan umrah. Maka mereka pun melakukan persiapan untuk mengadakan perjalanan jauh [ lihat : Ar rahiqul makhtoum 378]